Ini cerita si Ramon waktu kecil..
Sebagai muslim, dia pun di masukkan ke pengajian oleh si daddy. Nah, diperumahan tempat tinggalnya, ada seorang guru mengaji. Namanya ustadz Adolftape, kelewat keren buat orang kampung yang lahir ditahun 60-an. Usut punya usut, nama ini punya sejarah unik. Kata pak ustadz, dulu, waktu emaknya pak ustadz mengandung beliau di usia kandungan 8 bulanan, bapaknya datang dari sawah dengan membawa tape yang dibungkus oleh sesobek koran. Kebetulan di koran itu sedang diberitakan tentang Adolf Hitler. Sang rezim jerman yang terkenal itu. Si bapak yang lagi ikut-ikut belajar baca tulis itu membaca nama sang kaisar jerman itu. Sayangnya, karena cuma sobekan koran, nama yang tertera disanapun hanya Adolf. Begitulah ide nama pak ustadz. Terus kenapa ada tapenya, semua pasti tau kan. Hehehe...
Balik lagi nih ke si Ramon, waktu dia dimasukkan ke pengajian, alasan si daddy sih supaya belajar agama dari kecil. Ramon yang masih kecil inipun mengangguk meng-iya-kan. Padahal, alasan si daddy yang sebenarnya tuh biar ga keganggu waktu nonton berita. Maklumlah, waktu itu tv dirumah cuma 1 dan itupun tv yang sudah jadul. Merknya aja S.A, merk ga jelas. Warna tv yang hitampun sudah berubah warna menjadi coklat.(padahal itu gara-gara si mama aja yang malas bersihin..). Jam 5 sore kan banyak acara kartun dan si daddy sering ga kebagian nonton karena kediktatoran si Ramon kecil.
Si Ramon pun memulai kegiatan barunya ini dengan senang hati, sebab banyak teman bermain satu komplek atau dari kampung dipinggir perumahan yang juga telah mengaji. Dan pula dengan baju koko dan juz amma yang baru pula. Nah, salah satu sohibnya yang dari kampung Sadah, Herdi, ikut pula mengaji. Si Herdi ini anaknya agak hitam, gemuk, dan polos sekali. Herdi duduk di barisan paling depan, ia pun mendapat giliran pertama mengaji.
"Herdi, ayo ngaji." kata pak ustazd.
Herdi pun maju.
"ikutin bapak ya."
"ALIF " kata pak ustadz.
"iya" jawab si Herdi sambil menganggukan kepalanya..
"BA" pak ustadz melanjutkan.
"iya" jawab si herdi.
"lah, ko malah jadi bapak yang diajar kamu!" kata pak ustadz yang baru sadar.
"udah kamu sana duduk", kata pak ustadz yang jengkel.
giliran ramon pun tiba. Ia pun mengikuti pak ustadz dengan sangat seksama dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.( lho..lho.. ko jadi kaya proklamasi )
Pengajian terus berlangsung hingga bubar. Ramon menunggu dengan sangat gelisah dan meringis. saat pengajian berakhir, ramon tetap tidak beranjak dari tempat duduknya. saat murid-murid yang lain sudah pulang, ia pun baru beranjak pergi dan meninggalkan tempat duduk yang basah oleh air seninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar