Sabtu, 19 April 2014

Semoga Kita Tidak LUPA

Semoga ini hanyalah pengingat.
Semoga dengannya kita tak lupa.
Ingatkan kalau kita lupa tentang tujuan awal tetap bersama.
Ingatkan kalau kita khilaf tentang makna setiap perjalanan.
Ingatkan kalau kita melewati batas.
Semoga dengan ini kita tak melupakan.

Semoga ini hanyalah kesalahan.
Semoga dengannya kita tak retak.
Ingatkan kalau kita hanyut dalam gembira.
Ingatkan kalau kita hilang dalam duka.
Ingatkan kalau kita gembira dalam duka.
Semoga dengan ini kita selalu mengingatnya.

Bukankah awan terbaik datang saat terik begitu menyengat tak diinginkan?
Bukankah awan yang berbenturan dengan keras menurunkan hujan mengancam?

Haruskah kata terucap durjana agar bermakna?
Apakah tutur halus berbudi tak cukup agar mengerti?

Kita bukan bajingan yang melemparkan bajingan lain agar selamat dari raja bajingan.
Atau sekumpulan Ras Tua yang melemparkan sebagian anggota ras kepada dewa sebagai persembahan ketika hujan tak jua turun.

Kita layaknya anggota tubuh.
Sakit saat bagian lain merasakan luka.
Senang saat bagian lain merasakan bahagia.

Semoga kita hanya lupa.
Semoga kita hanya khilaf.
Semoga ini hanya bualan anjing tua.
Semoga kita memang tidak lupa.
Memang.

*Sebuah puisi untuk kita, sebagai lupa*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar